Sabtu, 18 September 2010

Kita dan Amalan Kita


“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)



“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)



Assalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barakatuhu...



Bagaimana Kabar kalian saudara2ku?

Bagaimana kabar Iman kita hari?

Bagaimana kabar sholat wajib jama’ah kita (khusus utk Ikhwan)?

Bagaimana dengan tilawah dan tadarus qur’an kita?

Bagaimana dengan Qiyamul Lail kita?

Atau bagaimana kabar Amalan-amalan sholih kita yang lain?

Astaghfirullohal ‘Adhziim… Wa atubu ‘ilaik…



Bagaimanapun keadaan kita dan Iman kita hari ini semoga dari hari ke hari kita terus berubah menjadi lebih baik, lebih sholih, lebih taat dan pastinya iman kita pun tambah meningkat dan masih bisa mempertahankan gelar Taqwa kita sebagai hasil dari ibadah shaum kita pada bulan ramadhan kemarin.



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh,tak terasa 10 hari sudah kita berpisah dengan bulan Ramadhan 1431 H. semoga kita masih berada dalam kondisi "on fire" dalam beramal sholih, seperti "on fire"-nya kita dalam beramal di bulan ramadhan.

Saudaraku, tidak cukup kita membanggakan amalan kita selama ramadhan; sholat wajib berjama’ah, tilawah & tadarus qur’an kita, qiyamul lail, I’tikaf, dll kalau semua amalan itu tidak bebekas dalam diri kita, kalau amalan2 tersebut tidak bisa kita pertahankan sampai 11 bulan kedepan. Jadi intinya adalah bagaimana kemudian kita bisa tetap ISTIQOMAH dalam beramal.



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, tentang Istiqomah ini Rasululloh SAW bersabda dalam haditsnya “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas'ud r.a, dia berkata: "Rasululloh SAW teh bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan yang dibenarkan: Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa dalam bentuk nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah), kemudian menjadi mudghoh (segumpal daging) ketika waktu itu juga, lalu diutuslah (seorang) malaikat kepadanya,lalu malaikat itu meniupkan roh kepadanya dan ia diperintahkan dengan (menulis) empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celaka serta keberuntungannya. Maka demi Alloh Yang Tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan ahli surga dan amal itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu dia melakukan amalan ahli neraka sehingga ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan ahli neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta,namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu di amelakukan amalan ahli surga sehingga ia masuk ke dalamnya" (Muttafaqun 'Alaihi).” Artinya di sini sangatlah jelas bahwa ISTIQOMAH (Konsisten) adalah kunci dari segala keberhasilan.



Istiqamah adalah lawan kata dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Maka istiqamah dalam memegang tali Islam merupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Allah yang menginginkan husnul khatimah dan harapan-harapan surga-Nya. Rasulullah saw bersabda: Dari Abu Amroh Sufyan bin Abdillah ra berkata ; Ya Rasulallah, katakan kepadaku satu kata saja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau! Jawab Rasul SAW: Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqomahlah. (HR.Muslim)



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, mungkin banyak amalan sholih yang telah kita lakukan selama bulan ramadhan kemarin dan mungkin banyak motivasi di balik itu semua, mulai dari karena ingin mendapatkan gelar takwa sampai karena ingin mendapatkan rahmat (kasih sayang) Alloh. Dan yang jadi pertanyaan dam kekhawatiran kita semua adalah ‘Bisakah kita mempertahankan amalan-amalan sholih tersebut di 11 bulan selanjutnya?’. Pertanyaan dan kekhawatiran tersebut bisa kita jawab dengan optimisme kita dalam menjalankan hidup ini dan dengan keistiqomahan kita dalam beramal.



Berikut akan saya tuliskan beberapa tips agar kita bisa tetap Istiqomah (Abdurrahman Wahid, Lc):

1. kesadaran dan pemahaman yang benar (Al-Wa’yu wa al-fahmu ash-Shahih) Untuk mencapai derajat istiqamah yang optimal dan berdaya, pemahaman ajaran Islam secara sempurna mutlak diperlukan. Muslim yang memahami ajaran agamanya dengan baik tidak akan bimbang menjalani kehidupan dunia. Ia akan tetap tegar (istiqamah) menghadapi badai godaan sedahsyat apa pun.

2. Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27). Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya.

3. Mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan pengawasan-Nya (at-Taqarrub wa al-Muraqabah)

"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. al-Baqarah: 235).

4. Mujahadah meraih istiqamah "Maka istiqamahlah, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Hud : 112).

Menurut Ibnu Abbas r.a: tidak ada suatu ayat pun dalam al Quran yang diturunkan kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini. Dan diriwayatkan dari Al Hasan: ketika ayat ini turun, Rasululah menjadi sangat serius dan tidak pernah terlihat beliau tertawa.

5. Bergaul bersama orang-orang yang istiqamah Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman yang artinya,

“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran:101)



"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Q.S Al-Kahfi :28)



Salah satu pesan dari Salman al-farisi r.a : "Perumpamaan dua orang mukmin yang bersahabat adalah seperti dua tangan yang saling membasuh satu sama lain. Tidak sekalipun mereka berdua bertemu, kecuali Allah akan menetapkan bahwa salah satu diantaranya akan memberikan kebaikan bagi kawannya.".

6. Muaqabah
Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya. Firman Allah Ta'ala:

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 179) 7. Menghayati sirah orang-orang yang istiqamah

Membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120)

8. Berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat

Jalan yang juga paling penting dalam mewujudkan sikap istiqamah adalah memohon pertolongan Allah dalam segala urusan dan kondisi, karena hanya kepada Allah semua urusan kelak akan dikembalikan. Doa adalah senjata umat Islam.



Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa berikut, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’).



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Alloh SWT dalam setiap kita beramal sholih…

Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga Alloh SWT selalu membimbing kita dalam setiap kali kita melakukan aktivitas hidup, bahkan setiap helaan nafas kita…

Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga Alloh SWT tidak mencabut nikmat Iman dan Islam dari dalam diri kita…



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, Tulisan ini memang tidak tertata rapih, bahkan jauh dari standar kaidah penulisan yang benar dan baik. Tapi mungkin tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua.



Rabbana dhzolamna anfusana wa inlam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khosiriin…

Robbana laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wa hablana min ladunka rohmatan innaka antal wahhab…

Allohumma inna nas-aluka min husnil khotimah wa na’udzubika min suil khotimah…


Alumni Universitas Ramadhan


09 September 2010 jam 8:38
Sebelum Mudik ke Tasik.


Bismillah, Assalamu'alaikum...

Bgmn Kabar sahabat, wahai para calon Alumni Universitas Ramadhan?

Saudaraku, setiap perguruan tingga pasti akan mengeluarkan alumninya ketika masa pembelajarannya selesai juga akan mendapatkan nilai sesuai dengan prestasinya. setiap perguruan tinggi pun mempunyai gelar akadeimk sesuai dengan keilmuan/ konsentrasinya.

Hari ini kita sedang dididik dan dibina di Universitas Ramadhan dan tinggal hitungan hari, bahkan jam kita akan dan harus meninggalkan Universitas Ramadhan ini, kita pun akan mendapatkan gelar dan gelar apakan yang kita inginkan?

Apakah Sarjana Ramadhan (SR) saja/ Muttaqiin (Mt)?

Saudaraku, semoga kita menjadi Alumni Unversitas Ramadhan yg cumlaude yg mendapatkan gelar Muttaqiin (Mt), yang bisa mPertahankan gelar Muttaqiin Qt pd 11 bln kdpan,smg Ketaqwaan Qt tdk musiman.

Saudaraku, mari kita belajar dari alumni puasa yang lainnya, seperti Ulat yang pada akhirnya setelah puasa seekor ulat akan menjadi kupu2 yg indah, seperti Ayam yang selama mengerami telurnya ia berpuasa dan setelah ouasa lahirnya anak ayam yang siap melanjutkan perjuangan induknya, seperti Ular yang setelah berpuasa terlihatlah ular tsb segar kembali tampak lebih muda.

Bagaimana dengan kita?

Apakah kita akan menjadi pribadi yang lebih segar lagi semangat berislam dan berjuangnya?

Apakah akan menjadi individu baru yang siap melanjutkan perjuangan para orang2 yg terdahulu?

Apakah Iman dan Taqwa kita seindah kupu2?



Saudaraku, semoga kitalah alumni Universitas Ramadhan yang didambakan ummat, yang siap melanjutkan estafeta da'wah ini, yang siap menjadi teladan bagi manusia yang lainnya, yang bisa mengindahkan Islam dengan akhlak kita.



Dan saudaraku mari kita memohon kepada Alloh SWT agar kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan.



Terakhir, selama kita berinteraksi sya yakin pasti banyak kesalahan yang telah sya perbuat, disengaja/ tidak. Untuk itu, sya memohom maaf atas kata yang tak tertata, laku lampah yang tak terjaga dan janji yang tak terlaksana. Maaf dari saudara skalian kan meringankan pTanggung jawaban sya di hadapan Alloh SWT. "Taqobbalallohu mina wa minkum, kullu 'Amin wa antum bi khoirin"

Minggu, 29 Agustus 2010

Kita dan Diri Kita


"Pada hari ini (Qiyamat) Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberik kesaksian terhadap apa yangdahulu telah meerka kerjakan. (QS. Yasiin: 65)"

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas'ud r.a, dia berkata: "Rasululloh SAW teh bersabda kepada kami dan beliauadalah orang yang selalu benar dan yang dibenarkan: Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa dalam bentuk nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah), kemudian menjadi mudghoh (segumpal daging) ketika waktu itu juga, lalu diutuslah (seorang) malaikat kepadanya,lalu malaikat itu meniupkan roh kepadanya dan ia diperintahkan dengan (menulis) empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celaka serta keberuntungannya. Maka demi Alloh Yang Tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan ahli surga dan amal itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu dia melakukan amalan ahli neraka sehingga ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan ahli neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta,namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu di amelakukan amalan ahli surga sehingga ia masuk ke dalamnya" (Muttafaqun 'Alaihi).

Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, dari kecil kita sudah dibekali dan diajari agama oleh orang tua kita, guru ngaji kita, dan bahkan kita pernah masuk pesantren, apakah 3 tahun/ 6 tahun, tapi kenapa semakin kita remaja/ dewasa bukannya semakin semangat, semakin rajin, semakin bisa mengamalkan tapi malah semakin jarang mengikuti pengajaian, ntah merasa malu/ apalah, malah kita sering bermainnya dari pada baca al-quran/ mengikuti pengajian di masjid, sholat yang biasanya tepat waktu jadi sering mengundur2 waktu sholat atau bahkan sampai melewatinya. Di pesantren kita tidak pernah luput dari baca Al-Quran, kita tidak pernah luput dari sholat fardhu berjama’ah di masjid, menghafal hadits2, dll tapi kenapa ketika kita harus selesai dari pesantren, selesai juga amalan sholih kita??? Astaghfirulloh…
Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu kapan jasad ini akan diambil kembali oleh Sang Pemilik jasad "karena maut akan datang dengan tiba2", kita tidak akan pernah tahu sedang apa/ dalam kondisi apa jasad ini diambil, kita tidak akan pernah tahu surga/ neraka yang akan menjadi tempat tinggal kita nanti. Bukan lantas kita mengatakan “Buat apa kita sholat, shaum, dan ibadah yg lainnya? Toh kita sudah punya taqdir akan masuk ke mana kita, percuma dong!”, tapi marikita balikan pernyataan tsb dengan “Oh… berarti saya harus Istiqomah di jalan Alloh, saya harus hati2 dengan prilaku saya, jangan sampai ada niat utk berma’shiat kpd Alloh”.KUNCInya adalah ISTIQOMAH!

Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, ketika kita melakukan ma’siat mungkin tidak ada keluarga kita yang melihat kita,tidak ada guru kita, bahkan teman terdekat kita, TAPI INGATLAH ADA ALLOH yang SELALU MENGAWASI segala PERILAKU KITA.
Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, ketika kita sudah dipanggil dan disidang di Persidangan Alloh, maka tidak akan ada yang bisa menolong kita kecuali amalan kita selama kita hidup dan mungkin anak kita (itupun kalau sholih). Kita harus mempertanggung jawabkan semuanya, tangan kita, kaki kita, kesehatan kita, harta kita dan segala apa yang kita miliki di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya, di dunia mungkin kita bisa bebas tapi di akhirat, TIDAK.

Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, untuk mengahadapi kehidupan yang hakiki, yang kekal nati, bekal apa yang sudah kita siapkan? Jabatankan? Hartakah? Ketampanankah? Kepintaran kita kah? Medali kita kah? Atau apa? “Sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ketakwaan”.

Saudaraku,semoga bukan hanya di ramadhan kita harus rajin shalat fardhu berjama’ah di masjid, kita rajin tilawah, infak, dsb tapi justru buah/ hasil ramadhan akan terlihat pada 11 bulan setelah ramadhan. Ramadhan hanya 1 bulan, dan waktu yg singkat ini hanyalah waktu untuk kita melatih diri kita saja, karena ujian yang sesungguhnya adalah pada 11 bulan stelah ramadhan.
Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, rutinkanlah kita berdo’a kepada Alloh agar jangan sampai Alloh mencabut nikmatnya berislam, nikmatnya beribadah, nikmatnya beramal sholih dari diri kita.

Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, tulisan ini memang tidak terstruktur, tulisan ini memang acak-acakan tapi tulisan ini saya buat sebagai perenungan diri saya, sebagain pengingat diri yang lemah ini, diri yang sering lalai kpd Alloh, sebagai pengingat untuk orang tua saya, sanak keluarga, dan (mungkin) antum (kalian) semua.
Saudaraku yg saya cintai krn Alloh, Semoga Alloh selalu mengingatkan kita kala lupa, menegur kita kala lalai.

Astaghfirullohal ‘Adhziim wa A’udzubillah atas tulisan ini, Wallohu A’lam bish-showwab.

Jumat, 27 Agustus 2010

Proaktif dan Amal Jama'i dalam Da'wah

Proaktif dan Amal Jama’I dalam Da’wah
Sumber: Taushiah Online dr PIP PKS Jepang

Telah kita ketahui bersama bahwa dakwah adalah salah satu tugas kita sebagai khalifah di bumi ini. Mau tidak mau, suka tidak suka beban dakwah adalah tugas mulia kita sebagai manusia. Karena itulah agar dakwah terasa nikmat dilakukan, nyaman dilaksanakan, tulus dan ikhlas menyertai maka diperlukan kesadaran diri yang penuh akan kewajiban dakwah ini dan tentunya dukungan dari jama`ah.
Dari kesadaran akan kewajiban berdakwah inilah akan memunculkan peran aktif jama`ah untuk turut serta dalam barisan dakwah. Apabila kesadaran diri ini belum muncul ataupun belum menggerakkan hatinya maka akan sulit untuk mendukung gerakan dakwah apalagi untuk berperan aktif dalam amal jama`i. Maka sesuailah bila suatu gerakan dakwah yang paling utama adalah memang pemahaman dulu. Dari pemahamanlah maka akan muncul kesadaran diri dalam mendukung dan berperan aktif dalam dakwah.
Bergerak dan berjuang di jalan Allah ini merupakan kewajiban seluruh kaum muslimin tanpa kecuali dimanapun berada. Akan lebih efektif bila gerakan dakwah ini berjalan secara teratur, kokoh dan terorganisir secara rapi tidak tercerai berai ataupun berjalan sendiri-sendiri, karena itulah pentingnya suatu Jama`ah untuk bergerak secara bersama sama melalui amal jama`i. Karena Islam bukanlah agama personal , Islam adalah agama satu umat, kaum muslimin. Seperti Firman Allah SWT: “Dan berpeganglah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai “(Ali`Imran:103)
Peran aktif jama`ah dalam gerakan dakwah sangatlah besar artinya begitupula dengan qiyadah, karena jama`ah tidaklah mungkin dapat bergerak tanpa qiyadah yang mengatur seluruh gerakannya, menentukan tujuan, mengawasi dan mengontrol pelaksanaan program program dakwahnya. Di sinilah pentingnya kolaborasi amal jama`i dimana qiyadah harus memahami watak dan sifat karakteristik jama`ahnya serta jama`ah harus mengikuti dan mematuhi terhadap arahan yang diberikan para qiyadah sehingga akan tercipta nada nada harmonis dalam pergerakan dakwah.
Peran aktif jama`ah jelas sangat membantu dalam kelangsungan gerakan dakwah, namun pada saat bergerak untuk berdakwah inilah diperlukan trik trik dan strategi dakwah agar dalam merangkul sasaran dakwah dapat tepat sasaran. Perlu dipelajari pula bagaimana kita bisa bergerak bersama sama dengan masyarakat tanpa masyarakat terbebani, bisa menyampaikan materi dakwah tanpa berkesan menggurui serta bisa mengubah paradigma masyarakat kearah kebaikan tanpa paksaan. Di sini penulis teringat kata kata Imam Hasan Al-Banna yang sangat indah untuk direnungkan :
“Umat yang berada dalam situasi seperti sekarang ini, yang sedang memikul tugas sangat penting seperti kita ini, yang tengah menghadapi berbagai tanggung jawab dan kewajiban, tidak perlu menghibur diri dengan diam atau berdalih dengan berbagai alasan, angan-angan dan harapan. Sebaliknya, umat ini harus mempersiapkan diri mengarungi lautan perjuangan yang panjang, penuh berbagai tantangan dahsyat serta pertarungan sengit antara hak dan bathil, antara yang berguna dengan yang berbahaya, antara yang berhak dan perampok hak, antara yang ihklas, jujur dan murni dengan yang palsu dan pura pura dan antara yang berjalan lurus dan yang menyeleweng. Jihad diambil dari kata al-juhdu yang berarti kepayahan. Ketahuilah! Bahwa kesusahan dalam berjihad menuntut kita berjuang terus sampai pertarungan berakhir. Hanya di awal perjalanan, anda sempat memuji pimpinan, tetapi jika telah berada di tengah perjalanan yang penuh resiko mengerikan, tidak ada bekal dan persiapan umat ini kecuali jiwa yang beriman, tekad yang kuat dan benar yang rela berkorban dan tampil ke gelanggang dalam keadaan apapun. Jika tidak ada kader seperti itu, maka kekalahan dan kegagalan telah menghadangnya”.
Semoga kata-kata indah ini mengingatkan kita kembali bahwa jalan dakwah bukanlah jalan yang ditaburi bunga bunga yang indah nan harum baunya namun merupakan jalan yang terjal dan mendaki, penuh duri dan rintangan banyak pula tikungan yang perlu dilalui. Semoga Allah senantiasa meridhoi hamba hamba Nya yang berada di jalan dakwah, amin.
Wallahu `alam bi shawab

Kamis, 26 Agustus 2010

Renungan utk ana & (Mungkin) Antum semua


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
(Qs. Ali Imran 104)

Saudaraku dari ayat di atas jelaslah bahwa perintah ber’amar ma’ruf nahyi munkar tidak ditujukan kepada orang2 tertentu saja, tapi ditujukan/ diperintahkan kepada siapapun. Bahkan dalam tulisannya, Syaikh Hasan Al Banna rohimahulloh mengatakan “Kita adalah Da’I sebelum menjadi segala sesuatu”. Artinya gelar da’I sudah melekat pada diri kita sejak kita dilahirkan ke dunia ini, tidak lantas kita harus ikut organisasi dakwah dulu baru kita disebut da’I (aktivis da’wah), atau kita aktif menjadi anggota/ pengurus di wajihah yang konsen di bidang da’awi (LDK,Rohis,dll).
Saudaraku, ketika hari ini kita berbicara tentang da’I (diri kita) hari ini, setidaknya ada 10 sifat (muashofat) yang harus ada dalam diri kita, ketika belum adapun, kita harus berusaha untuk mencapainya, 10 muashofat tersebut adalah: 1) Salimul Aqidah (bersih aqidahnya); 2) Shahihul Ibadah (benar ibadahnya); 3) Matinul Khuluq (kokoh akhlaqnya); 4) Qadirun ‘alal kasbi (mampu berpenghasilan sendiri); 5) Mutsaqqaful Fikri (pemikirannya berwawasan); 6) Qawiyul Jismi (kuat fisiknya); 7) Mujahidun fi nafsihi (mampu mengendalikan diri); 8) Munazhamun fi su’unihi (terorganisir segala urusannya); 9) Harishun ‘ala waqtihi (cermat mengatur waktunya); 10) Naafi’un li ghairihi (Bermanfaat bagi selainnya).
Selain itu, ketika hari ini kita berbicara tentang da’wah maka kita tidak akan lepas dari sebuah jama’ah, kerena dalam jama’ah terdapat manhaj gerakan da’wah itu sendiri. Dalam sebuah jama’ah pasti akan ada manhaj gerakan, seorang Qodhi, bahasa kita mah ‘Qiyadah’ (Pemimpin/ pimpinan), dan Junud/ jundi (pasukan/ pengikut/ anggota,dsj lah…). Dan ketaatan dalam berjama’ah adalah suatu keniscayaan, karena tanpa ketaatan da’wah tidak akan bisa berjalan dengan efektif, da’wah tidak bisa terorganisir dengan baik, dan akan gamapang dikalahkan oleh kebathilan.
Saudaraku yg ana cintai karena Alloh, ketika kita sering mendiskusikan tentang da’wah, muashofat da’I, jama’ah, halaqoh/ liqo, BAGAIMANA DENGAN KONDISI RUHIYAH KITA hari ini??? SUDAHKAN KITA MEMENUHI HAK2 RUHIYAH KITA??? SADARKAH KITA bahwa ketika ketaatan terhadap jama’ah, ta’limat2, dauroh2, amanah2 kita, bahkan liqo yang harusnya jadi sumber charging kita sering kita abaikan akan berpengaruh terhadap RUHIYAH kita yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap amal yaumiyah kita dan terhadap kontribusi kita di lapangan???
Akhi Aktivis Da’wah, Jangan lah kita berharap lebih agar agenda2 da’wah selalu dihadiri oleh orang (mad’u) banyak, kalau kita sendiri sering mengabaikan dauroh2, ta’limat, qororot/ liqo kita! Jangan lah kita berharap lebih agar fikroh2 kita diadopsi orang (‘ammah) banyak, kalau kita sendiri jarang membaca buku tentang terbiyah, da’wah, harokah, dsj!! INGAT!!! Saking pentingnya kondisi kita, Sampai Ust. Fathi Yakan rahimahulloh menulis buku tentang “ROBOHNYA DA’WAH di TANGAN DA’I”, dan mari kita tafakuri perkataan Asy-Syahid Hasan Al-Banna “DAKWAH ini TIDAK MENGENAL sikap GANDA, ia HANYA MENGENAL satu sikap TOTALITAS. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah & dakwah pun melebur dlm dirinya. Sebaliknya, barang siapa yg LEMAH dalam MEMIKUL BEBAN ini, maka ia TERHALANG dari PAHALA BESAR MUJAHID & TERTINGGAL bersama orang yg duduk. Lalu ALLAH akan MENGGANTI mereka dgn GENERASI yg LEBIH BAIK & LEBIH SANGGUP MEMIKUL BEBAN ini”.
Astaghfirulloh wa Na’udzu billah…Hamba berlindung dari semua ini…
Smg ana dan kita semua tidak termasuk orang yang Alloh benci karena kita sering mengajak/ menyuruh orang lain dalam kebaikan tapi kita sendiri tidak mengerjakannya.

22 Agustus 2010, 11: 28 PM

Kesibukan vs Amal Yaumiyah


“Fa idza faraghta fanshob... (Al-Insyiroh: 7)”
“Nahnu Du’at qobla kulli syaiin”
“Sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia”

Itulah pernyataan dari sekian pernyataan yang sering kita jadikan motivasi dalam beramal, bahkan tidak sedikit para mas’ul/ Qodhi (pemimpin kelompok) yang sering mengingatkan para anggotanya dgn pernyataan ini ketika mereka (Mas’ul/ Qodhi) melihat ghiroh (semangat) para anggotanya mulai kendor.
Kita (MuslimDa’i) diperintahkan untuk bisa memanfaatkan waktu dgn sebaik mungkin, ketika kita telah menyelesaikan satu amanah,tugas/ kewajiban maka sudah menunggu amanah dan tugas/ kewajiban lainnya utk kita selesaikan, bahkan Asy-Syahid Imam Hasan Al-Banna mengatakan “Sesungguhnya kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia”, artinya disin jelas bahwa tidak ada alas an bagi kita untuk istirahat dalam beramal/ bahkan cuti dalam beramal/ berda’wah, karena sesungguhnya peristirahatan yang sesungguhnya ketika kita bisa menginjakan kaki kita ke surga. Alloh kelak.
Saudaraku yg ana cintai karena Alloh, banyak amanah dakwah yang menanti kita,bahkan tidak harus kita masuk structural organisasi pun amanah kita tetap banyak, harus diselesaikan dan pastinya akan dimintai pertangung jawabannya kelak. Organisasi hanyalah posisi fungsional saja,karena pada esensinya adalah sama2 Da’i.
Saudaraku yg ana cintai karena Alloh, ketika banyak amanah yang hari ini kita pegang, baik dalam struktur keorganisasian/ dalam kepanitian suatu kegiatan idealnya itu bisa mendewasakan kita dalam menjalani kehidupan ini, bisa menjadi motivasi kita untuk lebih dekat dengan Alloh SWT. Tapi kadang pada realita di lapangan, disadari/ tidak SEMAKIN KITA DISIBUKAN OLEH TUGAS2 KITA,MAKA SEMAKIN BOLONG2 JUGA AMAL YAUMIYAH KITA, Astaghfirullohal’adhziim…. Contoh: ketika hari ini kita diamanahi dlm suatu kepanitian yg kegiatannya itu full 3 hari/bahkan lebih, maka BERAPA KALI KITA MASBUK DALAM SHOLAT BERJAMA’AH di MASJID??? BERAPA KALI KITA TIDAK SHOLAT BERJAMA’AH di MASJID???. Padahal idealnya, ketika kita diamanahi dalam suatau kepanitiaan apalagi kita sebagai ketua pelaksana/ minimal pemegang kebijakan, maka kita bisa mengatasi waktu2 sholat.
Saudaraku yg ana cintai krn Alloh, semoga semakin banyak amanah yang kita pikul, maka semakin dekat juga kita dgn Alloh dan semakin baik juga amal yaumiyah kita.
Tulisan ini memang acak2an,tp ana memohon kpd Alloh spy tulisan yg acak2an ini bisa merapihkan barisan dakwah kita.
Amiin…
“Sesungguhnya Iman yang benar adalah ketika ia kokoh di dalam hati dan terlihat bekasnya dalam prilaku. Islam adalah aqidah yang bergerak dinamis dan tidak membawa yang negative. Aqidah Islam itu ada dalam alam perasaan dan bergerak hidup mewujudkan indikasinya dalam sikap luar, terjemahan dalam gerak di alam realitas (Sayyid Qutb)”.
Hamba Alloh yg Dho’if disisi-Nya, Salman Imaddudin