Sabtu, 18 September 2010

Kita dan Amalan Kita


“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)



“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)



Assalamu'alaikum wa rohmatullohi wa barakatuhu...



Bagaimana Kabar kalian saudara2ku?

Bagaimana kabar Iman kita hari?

Bagaimana kabar sholat wajib jama’ah kita (khusus utk Ikhwan)?

Bagaimana dengan tilawah dan tadarus qur’an kita?

Bagaimana dengan Qiyamul Lail kita?

Atau bagaimana kabar Amalan-amalan sholih kita yang lain?

Astaghfirullohal ‘Adhziim… Wa atubu ‘ilaik…



Bagaimanapun keadaan kita dan Iman kita hari ini semoga dari hari ke hari kita terus berubah menjadi lebih baik, lebih sholih, lebih taat dan pastinya iman kita pun tambah meningkat dan masih bisa mempertahankan gelar Taqwa kita sebagai hasil dari ibadah shaum kita pada bulan ramadhan kemarin.



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh,tak terasa 10 hari sudah kita berpisah dengan bulan Ramadhan 1431 H. semoga kita masih berada dalam kondisi "on fire" dalam beramal sholih, seperti "on fire"-nya kita dalam beramal di bulan ramadhan.

Saudaraku, tidak cukup kita membanggakan amalan kita selama ramadhan; sholat wajib berjama’ah, tilawah & tadarus qur’an kita, qiyamul lail, I’tikaf, dll kalau semua amalan itu tidak bebekas dalam diri kita, kalau amalan2 tersebut tidak bisa kita pertahankan sampai 11 bulan kedepan. Jadi intinya adalah bagaimana kemudian kita bisa tetap ISTIQOMAH dalam beramal.



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, tentang Istiqomah ini Rasululloh SAW bersabda dalam haditsnya “Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Mas'ud r.a, dia berkata: "Rasululloh SAW teh bersabda kepada kami dan beliau adalah orang yang selalu benar dan yang dibenarkan: Sesungguhnya setiap orang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa dalam bentuk nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah), kemudian menjadi mudghoh (segumpal daging) ketika waktu itu juga, lalu diutuslah (seorang) malaikat kepadanya,lalu malaikat itu meniupkan roh kepadanya dan ia diperintahkan dengan (menulis) empat kalimat: Menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celaka serta keberuntungannya. Maka demi Alloh Yang Tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada seseorang diantara kamu yang melakukan amalan ahli surga dan amal itu mendekatkannya ke surga sehingga jarak dia dan surga kurang satu hasta, namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu dia melakukan amalan ahli neraka sehingga ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang di antara kamu yang melakukan amalan ahli neraka dan amal itu mendekatkannya ke neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta,namun karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya, lalu di amelakukan amalan ahli surga sehingga ia masuk ke dalamnya" (Muttafaqun 'Alaihi).” Artinya di sini sangatlah jelas bahwa ISTIQOMAH (Konsisten) adalah kunci dari segala keberhasilan.



Istiqamah adalah lawan kata dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Maka istiqamah dalam memegang tali Islam merupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Allah yang menginginkan husnul khatimah dan harapan-harapan surga-Nya. Rasulullah saw bersabda: Dari Abu Amroh Sufyan bin Abdillah ra berkata ; Ya Rasulallah, katakan kepadaku satu kata saja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau! Jawab Rasul SAW: Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqomahlah. (HR.Muslim)



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, mungkin banyak amalan sholih yang telah kita lakukan selama bulan ramadhan kemarin dan mungkin banyak motivasi di balik itu semua, mulai dari karena ingin mendapatkan gelar takwa sampai karena ingin mendapatkan rahmat (kasih sayang) Alloh. Dan yang jadi pertanyaan dam kekhawatiran kita semua adalah ‘Bisakah kita mempertahankan amalan-amalan sholih tersebut di 11 bulan selanjutnya?’. Pertanyaan dan kekhawatiran tersebut bisa kita jawab dengan optimisme kita dalam menjalankan hidup ini dan dengan keistiqomahan kita dalam beramal.



Berikut akan saya tuliskan beberapa tips agar kita bisa tetap Istiqomah (Abdurrahman Wahid, Lc):

1. kesadaran dan pemahaman yang benar (Al-Wa’yu wa al-fahmu ash-Shahih) Untuk mencapai derajat istiqamah yang optimal dan berdaya, pemahaman ajaran Islam secara sempurna mutlak diperlukan. Muslim yang memahami ajaran agamanya dengan baik tidak akan bimbang menjalani kehidupan dunia. Ia akan tetap tegar (istiqamah) menghadapi badai godaan sedahsyat apa pun.

2. Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27). Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya.

3. Mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan pengawasan-Nya (at-Taqarrub wa al-Muraqabah)

"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. al-Baqarah: 235).

4. Mujahadah meraih istiqamah "Maka istiqamahlah, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Hud : 112).

Menurut Ibnu Abbas r.a: tidak ada suatu ayat pun dalam al Quran yang diturunkan kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini. Dan diriwayatkan dari Al Hasan: ketika ayat ini turun, Rasululah menjadi sangat serius dan tidak pernah terlihat beliau tertawa.

5. Bergaul bersama orang-orang yang istiqamah Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman yang artinya,

“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran:101)



"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Q.S Al-Kahfi :28)



Salah satu pesan dari Salman al-farisi r.a : "Perumpamaan dua orang mukmin yang bersahabat adalah seperti dua tangan yang saling membasuh satu sama lain. Tidak sekalipun mereka berdua bertemu, kecuali Allah akan menetapkan bahwa salah satu diantaranya akan memberikan kebaikan bagi kawannya.".

6. Muaqabah
Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya. Firman Allah Ta'ala:

“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 179) 7. Menghayati sirah orang-orang yang istiqamah

Membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120)

8. Berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat

Jalan yang juga paling penting dalam mewujudkan sikap istiqamah adalah memohon pertolongan Allah dalam segala urusan dan kondisi, karena hanya kepada Allah semua urusan kelak akan dikembalikan. Doa adalah senjata umat Islam.



Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa berikut, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’).



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga kita selalu diberi kekuatan oleh Alloh SWT dalam setiap kita beramal sholih…

Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga Alloh SWT selalu membimbing kita dalam setiap kali kita melakukan aktivitas hidup, bahkan setiap helaan nafas kita…

Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, semoga Alloh SWT tidak mencabut nikmat Iman dan Islam dari dalam diri kita…



Saudaraku yg saya cintai karena Alloh, Tulisan ini memang tidak tertata rapih, bahkan jauh dari standar kaidah penulisan yang benar dan baik. Tapi mungkin tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua.



Rabbana dhzolamna anfusana wa inlam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khosiriin…

Robbana laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wa hablana min ladunka rohmatan innaka antal wahhab…

Allohumma inna nas-aluka min husnil khotimah wa na’udzubika min suil khotimah…


Alumni Universitas Ramadhan


09 September 2010 jam 8:38
Sebelum Mudik ke Tasik.


Bismillah, Assalamu'alaikum...

Bgmn Kabar sahabat, wahai para calon Alumni Universitas Ramadhan?

Saudaraku, setiap perguruan tingga pasti akan mengeluarkan alumninya ketika masa pembelajarannya selesai juga akan mendapatkan nilai sesuai dengan prestasinya. setiap perguruan tinggi pun mempunyai gelar akadeimk sesuai dengan keilmuan/ konsentrasinya.

Hari ini kita sedang dididik dan dibina di Universitas Ramadhan dan tinggal hitungan hari, bahkan jam kita akan dan harus meninggalkan Universitas Ramadhan ini, kita pun akan mendapatkan gelar dan gelar apakan yang kita inginkan?

Apakah Sarjana Ramadhan (SR) saja/ Muttaqiin (Mt)?

Saudaraku, semoga kita menjadi Alumni Unversitas Ramadhan yg cumlaude yg mendapatkan gelar Muttaqiin (Mt), yang bisa mPertahankan gelar Muttaqiin Qt pd 11 bln kdpan,smg Ketaqwaan Qt tdk musiman.

Saudaraku, mari kita belajar dari alumni puasa yang lainnya, seperti Ulat yang pada akhirnya setelah puasa seekor ulat akan menjadi kupu2 yg indah, seperti Ayam yang selama mengerami telurnya ia berpuasa dan setelah ouasa lahirnya anak ayam yang siap melanjutkan perjuangan induknya, seperti Ular yang setelah berpuasa terlihatlah ular tsb segar kembali tampak lebih muda.

Bagaimana dengan kita?

Apakah kita akan menjadi pribadi yang lebih segar lagi semangat berislam dan berjuangnya?

Apakah akan menjadi individu baru yang siap melanjutkan perjuangan para orang2 yg terdahulu?

Apakah Iman dan Taqwa kita seindah kupu2?



Saudaraku, semoga kitalah alumni Universitas Ramadhan yang didambakan ummat, yang siap melanjutkan estafeta da'wah ini, yang siap menjadi teladan bagi manusia yang lainnya, yang bisa mengindahkan Islam dengan akhlak kita.



Dan saudaraku mari kita memohon kepada Alloh SWT agar kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun depan.



Terakhir, selama kita berinteraksi sya yakin pasti banyak kesalahan yang telah sya perbuat, disengaja/ tidak. Untuk itu, sya memohom maaf atas kata yang tak tertata, laku lampah yang tak terjaga dan janji yang tak terlaksana. Maaf dari saudara skalian kan meringankan pTanggung jawaban sya di hadapan Alloh SWT. "Taqobbalallohu mina wa minkum, kullu 'Amin wa antum bi khoirin"