Senin, 02 Januari 2012

Catatan Akhir Tahun (Jilid 1)

Akhir tahun 2011 ini akan menjadi momentum yang indah bagi beberapa orang karena mereka berhasil meraih impian-impian di tahun ini tapi [mungkin] akan menjadi momentum yang biasa bagi sebagian lagi. Namun, inilah perputaran waktu yang tidak aka pernah kompromi dengan siapapun. So, mari kita nikmati dan syukuri juga jadikan momentum yang berharga untuk kita menatap tahun 2012 lebih indah dan berkah. September 2010 saya masih berstatus mahasiswa dan ketika itu sedang disibukan dengan yang namanya skripsi. Saya sempat berpikir “apa yang harus saya lakukan agar mendapatkan maisyah dan tidak tergatung lagi dengan orang tua”, walaupun ketika itu saya sering ngisi training di berbagai tempat. “inilah salah satu jalan dari Allah”, gumam saya dalam hati. Oktober 2010 saya mendapatkan informasi dari murabbi (guru ngaji) tentang lowongan kerja di salah satu sekolah dasar swasta untuk menjadi guru pendamping, syaratnya tidak harus sarjana, yang sedang menyusun skripsi pun boleh. “Kayaknya agak nyantai kejanya, wong jadi guru pendamping. Kan bisa sambil memanfaatkan waktu dan mengamalkan ilmu ke-BK-an”, pikir saya dalam hati. Akhirnya, saya mencoba untuk memasukan lamaran ke sekolah tersebut. Pagi harinya saya langsung ke sekolah tersebut, walaupun sempat berputar-putar sekitar Arcamanik karena letaknya yang cukup jauh dari jalan raya. Akhirnya ketemu juga sekolah tersebut, kaca-kaca gedung yang berbentuk bulat, cukup unik tapi ketika tidak membuat pikiran saya terpengaruh dengan keunikan tersebut. “Maaf, mau ke siapa ya pak?”, tanya seorang security kepada saya. “Saya mau ke Pak Teddy, Pak”, jawab saya kepada security tersebut. “Oh iya Pak, silahkan ke lantai dua sebelah kiri”, ujuar security yang memberi letak ruang kepala sekolah. “Terima kasih, Pak”, setelah menutup percakapan saya pun langsung naik ke lantai dua tempat kepala sekolah. ”Assalamu’alaikum, ada Pak Teddy?” tanya saya sambil melihat ke ruangan guru yang terbuka. “Ko ada Akh.Toto”, gumam saya dalam hati. Dia temen saya semasih aktif di kampus, dia mahasiswa jurusan Psikologi. “Wa’alaikumussalam wa rahmatullah, silahkan tunggu di dalam (ruang kepala sekolah)”, jawab seorang guru yang sedang berbincang dengan teman saya itu. Tidak lama setelah saya masuk ke ruangan kepala sekolah, guru tersebut (yang tadi berbincang dengan teman saya) masuk ke ruangan kepala sekolah, dan ternyata beliau kepala sekolahnya. Ta’aruf pun dimulai, dan kami langsug berdiskusi. Diskusi yang cukup hangat dan mengesankan karena yang kami diskusikan adalah tentang anak, pendidikan anak dan pendidikan di Kota Bandung dan Indonesia secara umum. Di pertengahan diskusi kami, beliau beberapa kali menyebutkan sekolah yang luar bisa, yang kualitas pendidikannya dan kuantitas muridnya terjaga dengan sangat baik, walaupun biaya masuk dan bulanan disana sangat mahal, betapa tidak mahal masuknya saja belasan juta, bulanan (SPP) sampai satu juta, padahal ini Sekolah Dasar tapi muridnya sampai ribuan, Luar Biasa, bukan?. Dan masih banyak masukan-masukan serta ilmu-ilmu yang ane dapatkan dari hasil diskusi tersebut. --- Inilah hanya sedikit perjalanan saya sampai satu tahun ini dan tulisan di atas sebagai prolog untuk menuliskan catatan akhir tahun 2011 (Jilid 1) --- Selasa 6 Desember 2011 Kepala Sekolah meminta ane untuk ikut bersamanya, ketua yayasan, dan Dir.Div Pendidikan yayasan ke Surabaya untuk studi banding ke Al-Hikmah dengan tujuan mendapatkan banyak ilmu untuk persiapan mendirikan SMP Bintang Madani. Karena ini tugas sekolah dan kesempatan yang berharga, jadi ane akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Rabu qobla maghrib kami berkumpul di stasiun kereta api Bandung. Tidak lama setelah melaksanakan shalat magrib dan isya (dijamak) kami langsung memasuki kereta pemberangkatan Bandung – Surabaya. Dalam perjalanan menuju Surabaya kami terus berbincang tentang berbagai hal sampai kami tertidur. Dua belas jam Bandung – Surabaya, waktu yang cukup lama. Kamis dini hari kami sudah mulai memasuki daerah Jawa Timur, sekitar pukul 07.30an kami sampai di stasiun Gebang Surabaya. Kami segera bersiap – siap dan mencari taxi agar perjalanan menuju Al-Hikmah lebih cepat. Pukul 08.00 kami tiba di Al-Hikmah dan tempat yang pertama kali kami cari adalah masjid. Berbagai aktivitas pribadi pun kami lakukan, mulai dari cuci muka sampai shalat dhuha. Setelah selesai dari aktivas pribadi, kami langsung menuju ruangan kepala sekolah karena waktu kami di Al-Hikmah sangat terbatas, hanya sampai sore. Kepala sekolah SMA Al-Hikmah pun segera menghampiri kami dan mengajak kami untuk diskusi di ruangannya. Tidak lama kami berbincang, para pembina yayasan sekolah kami datang, tempat yang kurang luas, akhirnya kami diajak ke salah satu ruang kosong tempat rapat. Diskusi pun mulai dibuka dengan prolog dari kepala sekolah kami yang kesempatan selanjutnya diberikan kepada kepala sekolah SMA Al-Hikmah untuk memberikan taujihnya kepada kami. Beberapa pertanyaan dilontarkan kepada kami, pertanyaan tersebut sebagai pemicu untuk menjelaskan berbagai hal tentang sekolah, mulai dari tujuan mendirikan sekolah sampai output dan outcome lulusan sekolah. Sungguh banyak ilmu yang kami [khususnya saya] dapatkan, diantaranya: Pertama, Ketika kita mau mendirikan sekolah, maka kita harus memulai dari akhir/ tujuan akhirnya. Beliau bertanya kepada kami tentang sebuah anologi, “apakah mau buat es kelapa atau membuat minyak? Kalau kita membuat es kelapa maka prosesnya akan sangat mudah, kita hanya perlu membeli kelapa muda terus kita ambil air dan kelapanya dan kemudian kita tinggal minum atau mungkin tambah gula agar terasa lebih manis dan segar. Tetapi kalau kita mau membuat minyak, kita harus memilih kelapa, kemudian kita membuka kulitnya, setelah itu dibelah mejadi dua, diambil kelapanya (dipisahkan dari batoknya), kelapa itu diparut sampai habis, hasil parutannya diperas hingga berair, dan begitulah seterusnya. Dibelah menjadi dua, diparut, deperas, dan lain sebagainya itu adalah sebuah proses yang sangat menyakitkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama tapi hasilnya akan berkualitas dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Begitu juga dengan sekolah/ mungkin organisasi lainya, ketika kita ingin memiliki tujuan akhir yang bagus dan bermanfaat bagi banyak orang maka proses yang harus kita lalui pasti cukup membutuhkan waktu yang panjang dan mengurus berbagai potensi yang kita miliki, pikiran, tenaga, dan lainnya. Kedua, kualitas sebuah sekolah/ organisasi akan sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM yang ada di dalamnya, kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh kualitas spiritualnya, kualitas spiritual seseorang dapat dipengaruhi oleh keyakinan dan kedekatannya dengan Allah SWT. Pendidik yang bagus adalah ia yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai seorang pendidik (murabbi) juga memiliki komitmen yang kuat dan komitmen yang kuat ini hanya akan dimiliki oleh orang yang memiliki kekuatan spiritual. Kekuatan spiritual ini akan muncul manakala kita ikhlas dalam menjalankan segala tugas dan kewajiban kita dan selalu memberikan energi positif/ manfaat kepada orang lain dengan bingkai lillahi ta’ala. Ketiga, bagi seorang pendidik sholih pribadi dan sholih sosial saja belum cukup, tapi juga harus sholih professional juga. Maksudnya, sebagai seorang pendidik dia harus sholih dalam profesinya. Komitmen dalam waktu, selaras antara hak dan kewajiban, memberikan hasil terbaik dalam kerjanya, menjadi teladan bagi murid-muridnya, dan sebagainya. Keempat, beliau bercerita tentang kekuatan spiritual/ energi kebaikan dan kekuatan spiritual yang ada dalam diri kita dengan analogi energi yang dihasilkan dari makanan. Ketika kita mempunyai roti dan kita memakannya sendiri maka energi yang dihasilkan dari roti tersebut hanya untuk kita, tetapi apabila kita memiliki roti dan kita membagikannya juga kepada orang lain maka energi yang dihasilkandari roti tersebut akan kita dapat rasakan dan orang lainpun merasakannya. Begitulah dengan kebaikan, ketika kita memberikan manfaat kepada orang lain maka energi kebaikan tersebut pasti kita rasakan dan orang lainpun merasakan. Tidak sampai disana ilmu/ hikmah yang saya dapatkan selama di Surabaya. Bahkan sepulang dari Surabaya kami (ane dan Dir.Div Pendidikan Yayasan) diskusi dan menindaklanjuti hasil diskusi kami dengan KepSek SMA Al-Hikmah. Panjang lebar kami diskusi di kereta sampai ketika kami merasa lelah, kamipun beristirahat. Kesimpulan dari diskusi kami kali ini adalah tentang tarbiyah. Kami meyakini bahwa kematangan dan kedewasaan seseorang dalam berkata dan berperilaku itu sangat dipengaruhi oleh kematangan tarbawi dan kematangan tarbawi seseorang tidak hanya dilihat dari kerajinan dan keaktifan dia dalam tarbiyah pekanan (liqa) saja. Jelas tiga aspek tarbiyah (ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah) menjadi aspek yang perlu diperhatikan juga. Tetapi kemudian, semua itu akan teruji dengan tarbiyah dzatiyah orang tersebut. Tarbiyah dzatiyah bukanlah tarbiyah yang kita ikuti setiap pekannya (liqa) tapi aktivitas pembinaan yang kita laksanakan untuk diri sendiri, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kondisinya. Dan sungguh masih banyak lagi ilmu yang saya dapatkan, yang [mungkin] belum bisa saya tuliskan dalam catatan akhir tahun jilid 1 ini. Al-Haqqu mirRabbika falaa takuunanna minal mumtariin… Allahu A’lam bish-shawwab
El-Muta’allim @ Kamar, 08:55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar