Senin, 02 Januari 2012

Catatan Akhir Tahun (Jilid 2)


“Alhamdulillaah, Rrruarrrr Biazsaaa…Allahu Akbar” kata yang tepat yang bisa ane tulis pada awal catatan akhir tahun jilid 2 ini. Masih di bulan Desember, tepatnya tanggal 19-24 para pendidik di tempat ane ngajar (Sekolah Bintang Madani) sedang fokus mengisi laporan perkembangan hasil belajar murid-muridnya selama satu semester.
Ketika itu (kalau tidak salah) hari senin tanggal 19 Desember 2011 saya mendapat laporan dari partner ngajar bahwa ada salah satu orang tua yang minta anaknya untuk diturunkan kelasnya (dari kelas 4 ke kelas 3). Saya cukup kaget mendengar berita tersebut, tetapi kami (saya & rekan kerja di kelas) berdiskusi dan terus memikirkan yang terbaik bagi anak dan ibunya.
Selasa 20 Desember 2011 mendengar kabar dari rekan kelas bahwa ibu tersebut akan mengambil laporan perkembangan anaknya di hari kamis dan sekaligus ingin berdiskusi dengan kami. Kamipun mengabulkan permintaannya. Dari dana kami mulai fokus untuk menyelesaikan raport anak tersebut. Kami terus berdiskusi tentang perkembangannya selama satu semester, bahkan lebih karena menganalisis juga dari mulai kelas tiga.
Kamis pun tiba, sekitar pukul 08.00 ibunya muridku tiba di sekolah dan kami lagsung menyambutnya juga mengajaknya untuk berdiskusi di ruangan kepala sekolah. Diskusi mulai kami lakukan, banyak hal yang kami diskusikan, walaupun permasalahan intinya satu (siap menerima kondisi anak). Ibu tersebut mulai bertanya tentang perkembangan proses pembelajaran anaknya, jawaban yang cukup gamblang yang kami sampaikan kepada ibu tersebut (Ya…walaupun masih banyak aspek yang belum terevaluasi). Kemudian keluar juga dari lisan ibu tersebut tentang permintaannya untuk menurunkan anaknya ke kelas 3 bahkan kelas 2. Dengan tegas kembali kami menyampaikan kondisi dan perkembagan murid kami selama di sekolah, yang kami yakini bahwa kondisi anak di sekolah akan dapat dipengaruhi oleh kondisi anak di rumah. “Bu,tidak sedikitpun terbesit dalam pikiran kami bahwa anak kita akan tinggal kelas di kelas 4 tahun depan, apalagi sampai turun kelas…” begitu seterusnya, papar saya kepada ibu tersebut. Ibu tersebut menanggapi penjelasan dan pertanyaan kami dengan terbuka dan penuh kejujuran, dan menjelaskan juga kondisi proses pembelajaran selama di rumah. Matanya mulai berlinang air, sedikit demi sedikit air matapun menetes. Kami cukup terharu dan sangat bangga karena diskusi kami sagat terbuka dan tiap kalimat yang terucap penuh cinta yang tulus bagi anak-anak kami.
Tidak terasa sudah 2 jam kami berdiskusi dan akhirnya Ibu tersebut lekas berpamitan dan kami saling berterima kasih juga saling memaafkan atas kesalahan kami dalam memperilakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah.
Sabtu 24 Desember 2011 telah tiba, saatnya kami mempertanggungjawabkan amanah kami dalam mendidik anak-anak kepada para orang tua. Do’a pun saya panjatkan kepada Illahi Rabbi, Allah SWT, “Rabb, jagalah lisan ini dalam menyampaikan sesuatu kepada para orang tua. Semoga pertanggungjawaban di hadapan orang tua ini bisa mengurangi beban pertanggungjawaban di hadapan-Mu”.
Sekitar pukul 10.00 para orang tua telah selesai mengikuti acara dari sekolah, dan mereka bergegas masuk ke kelas masing-masing. Diskusi dengan orang tua mulai kami lakukan, satu, dua, tiga, dan seterusnya orang tua bergiliran untuk berdiskusi dengan kami (guru kelas). Kurang lebih 2 jam kami berdiskusi dengan para orang tua siswa. Tetapi satu hal yang saya perhatikan dalam proses diskusi bersama para orang tua. Mereka tidak fokus bertanya tentang akademik anak-anaknya, bahkan yang bertanya akdemik hanya beberapa orag tua saja [tidak lebih dari 5 orang]. Kami sepakat dan meyakini bahwa ketika sikap/ akhlak/ karakter anak yang kami prioritaskan dan kembangkan/ tingkatkan, maka potensi akademik anak akan cepat menyesuaikan. Ketika anak sudah merasa senang untuk belajar, memiliki motivasi yang tinggi dalam berprestasi, optimis, siap menerima konsekuensi dari setiap perbuatuannya, dan karakter/ sikap positif lainnya, maka prestasi akademik akan segera akan mereka dapatkan, atau minimal ada usaha yang optimal yang mereka tunjukan.
Pembagian raport telah selesai, guru-guru segera berkumpul untuk membahas persiapan rapat kerja semester dua yang akan dilaksanakan pada tanggal 26-28 Desember 2011. Artinya, satu hari kami istirahat dari padatnya aktivitas sekolah dan harus melanjutkan lagi pada hari berikutnya. “Tapi tidak apa lah, kan bisa libur cukup panjang setelah RaKer”, gumam salah seorang guru.
Hari pertama RaKer pun dimulai, dan yang menjadi fokus pembahasan adalah evaluasi program kelas dan program sekolah juga evaluasi kurikulum. Sebelum evaluasi dimulai, Kepala Sekolah memberi taujih kepada para guru yang hadir ketika itu. Inti taujihnya kurag lebih adalah “Pendidikan karakter yang sedang kita berikan kepada anak-anak kita akan mudah kita terapkan manakala kita pun telah/ berusaha menumbuhkan karakter yang baik pada diri kita. Bagi seorang pendidik/ guru jam kerja yang dimilikinya bukan selama berada di sekolah (8 jam) tetapi 24 jam, bahkan mungkin kita masih merasa kurang. Kita harus siap dihubungi kapanpun oleh anak-anak. Selain itu, mungkin di luar sekolah kita masih memikirkan perkembagan anak-anak, menyelesaikan persiapan-persiapan program kelas, dll. Tapi inilah pendidik yang mulia, yang kebaikan dan pengorbanannya dapat membantu mereka menuju jannah-Nya. Inilah sosok pendidik yang sholih secara pribadi, sosial, dan sholih dalam profesinya. Pendidik adalah pemimpin yang luar bisa, dengan mudah dia bisa membuat kondisi anak bosan, senang, ceria, semangat belajar, dll”. Setelah itu, setiap guru menyampaikan evaluasi kelasnya masing-masing, sangat dinamis sekali kondisi murid-murid di sekolahku (Sekolah Bintang Madani). Tapi kondisi inilah yang bisa mendewasakan kami semua. Evaluasi program kelas dan program sekolah selesai di hari pertama, dan akan dilanjut di hari ke dua dengan evaluasi kurikulum, evaluasi pembelajaran Al-Qur’an (Metode UMMI), dan persiapan program kelas dan program sekolah di semester 2.
Selasa, hari kedua RaKer telah tiba. Para guru mulai berdatangan ke sekolah dengan membawa bekal masing-masing (tentunya bukan makanan, tapi bahan-bahan untuk evaluasi dan persiapan juga perlengkapan pribadi karena di hari kedua ini ada games low impact dan mabit). Singkat cerita, pemaparan dari tiap guru pun selesai. Banyak hal yang perlu kami evaluasi untuk perbaikan-perbaikan sekolah dan [mungkin] SDM di masa mendatang. Dinamika RaKer sangat indah, para guru dengan penuh semangat, kasih sayang, dan optimism menyampaikan pendapat-pendapatnya. Dinamika tersebut kami bingkai dengan ukhuwah islamiyah antara kami, apalagi ketika kita mulai dengan game kelompok, mulai dari game indoor sampai outdoor. Indah sekali kebersamaan ini, semoga Allah selulu mempersatukan kita dalam mahabbah-Nya dan kelak Dia mengumpulkan kita kembali di syurga-Nya, Amiin.
Permainan kelompok pun selesai, kami bergegas mempersiapkan diri untuk shalat maghrib, ada yang pulang dulu karena harus ngurus anaknya, ada yang diskusi dengan rekan kerjanya, dll. Shalat maghrib, tilawah berjama’ah, shalat isya berjama’ah, lalu kemudian makan malam telah kami kerjakan bersama. Semakin indah saja kebersamaan ini. asykuruka Yaa Rabb.
Persiapan program kelas, lesson plan, weekly plan, dsj dimulai. Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mempersiapkan hal tersebut. Para guru serius mengerjakannya dan sampai pukul 22.30an tidak sedikitpun yang dapat mengganggu konsentrasi mereka. Namun setelah pukul 22.30an tingkah mereka mulai berkembang, ada yang semakin cerewet, bercanda, dan lain sebagainya. Ini semua mereka lakukan agar rasa ngantuknya bisa diminilisir dan hilang darinya. “Semakin malam, semakin jadi saja”, itulah kalimat yang saya sampaikan kepada teman-teman saya dengan nada canda.
Sekitar pukul 23.30 aktivitas diberhentikan karena sudah larut malam dan semakin “error” pikirannya. Kami segera beristirahat karena harus mempersiapkan badan untuk aktivitas esok hari yang dimulai dengan qiyamullail, shalat shubuh, senam nusantara, dan seterusnya. Karena merasa lelah, sampai mejelang tidur pun kami masih terus saja bercanda. “Besok ga ada senam nusantara, diganti menjadi tidur nusatara”, ujar salah seorang guru. “Iya boleh, dan yang qiyamullail juga Pak Indra dan Pak Ridho aja kan? Karena di rundown acaranya juga nama mereka yang ditulis”, jawab salah seorang guru lainnya. “Bener-bener nih, semakin malam semakin jadi saja”, gumam saya.
Tidak terasa rabu dini hari tiba, kami mulai terbangun dari tidur, cuci muka, wudhu dan mempersiapkan yang lainnya untuk qiyamullail. Dilanjut dengan muhasabah, shalat subuh berjama’ah, dzikir al-ma’sturat, senam nusantara, aktivitas pribadi (ada yang ngopi, nyanyi-nyayi, tidur lagi, dll). Rangkaian acara yang indah.
Setelah sarapan pagi, persiapan tiap kelas dilanjutka lagi sampai pukul 10.00 dan bersiap untuk dipresentasikan. Tiap kelas mulai mempersiapkan untuk presentasi. Satu kelas, dua kelas, dan seterusnya dilanjut sampai selesai. Dalam proses presentasi itu kondisinya memang kurang kondusif karena kondisi fisik para guru mulai mempengaruhi [wajar aktivitasnya cukup padat]. Tetapi kami terus berusaha untuk mengikuti acara sampai akhir.
Alhamdulillah, RaKer pun telah selasai. Kepala Sekolah menutup acara RaKer dengan merefleksikan kegiatan. Dan kita menutup acara tersebut dengan penuh asa dan keyakinan bahwa anak-anak kami kelak menjadi orang-orang yang sholih – mushlih yang bermanfaat bagi diri, bangsa, dan agama.
Dan sungguh masih banyak lagi hikmah yang saya dapatkan, yang [mungkin] belum bisa saya tuliskan dalam catatan akhir tahun jilid 2 ini.

Al-Haqqu mirRabbika falaa takuunanna minal mumtariin… Allahu A’lam bish-shawwab
El-Muta’allim @ Kamar, 22:59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar